SEJARAH GKII MIAU BARU
Sejarah singkat berdirinya GKII Miau Baru
Asal usul Miau Baru
Desa Miau Baru adalah
desa yang ada di kabupaten Kutai Timur yang asli penduduknya suku dayak
Kayan. Semenjak tahun 1969, diperkirakan
pada zaman Kerajaan Kutai Martadipura (Kutai Mulawarman), suku Kayan belum memasuki
Kalimantan Timur. Kemungkinan suku Kayan
ini termasuk salah satu suku yang belakangan memasuki pulau Kalimantan dari
pulau Formosa (Taiwan).
Perkampungan Desa Miau
Baru sebelumnya bernama Long Kejiak (Long : Sungai, Kejiak : nama sungai) dalam
bahasa Suku Dayak Wehea dan lokasi perkampungan saat ini juga merupakan bekas
perkampungan dan perladangan dari masyarakat Suku Dayak Wehea yang sebelumnya
juga mendiami wilayah tersebut.
Sejak tahun 1969,
perladangan dan perkampungan Long Kejiak kemudian dihuni oleh Masyarakat Dayak
Kayan Uma’ Lekan yang kemudian pada tahun 1974, perkampungan Long Kejiak
kemudian dijadikan proyek resetelmen penduduk (respen) yang merupakan program
dari Pemerintah Pusat dalam paket pembinaan masyarakat dan suku terasing di
Kalimantan Timur dan mereka diberikan bantuan berupa pembangunan perumahan,
hewan peliharaan, tanaman keras, sayur mayur.
Selain itu, mereka juga
difasilitasi dengan pengadaan tenaga guru, pelatihan kerajinan dan pertukangan
termasuk peralatan pandai besi. Proyek
ini diakhiri pada tahun 1978, dan kampung Long Kejik diubah menjadi Desa Miau
Baru dengan status Desa Persiapan. Pada
tahun 1997 Desa Miau Baru diresmikan sebagai desa definitif.
Perkembangan Pendudukan Miau Baru
Masa Lampau
Pada saat ini, penduduk
Desa Miau Baru yang mayoritas masyarakatnya berasal dari Suku Dayak Kayan Uma’
Lekan berjumlah 5.066 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan adalah 2.697 jiwa berbanding 2.371 jiwa.
Selama orang Kayan
sudah lama tinggal di Miau Baru, mereka belum mempunyai kepercayaan kepada
Injil. Mereka masih memegang kepercayaan
nenek moyang mereka secara turun temurun.
Pada tahun 1970-an dan ketika Injil mulai masuk, barulah mereka percaya
kepada Tuhan. Pemberitaan Injil dirintis
oleh para penginjil yang luar biasa, hingga sampai saat ini mayoritas penduduk
Miau Baru beragama Kristen Protestan.
Begitu luar biasa pekerjaan Tuhan menjangkau suku Kayan di Miau baru
lewat hamba-hamba-Nya yang mengabarkan Injil yang hidup itu.
Rumah Ibadah Tahun 1970-an
Gereja Pertama di Miau Baru
Ketika seorang hamba
Tuhan yang diutus oleh Tuhan yaitu Pdt. Lambung, seorang suku “Kenya Lepoq
Jalan” dari Long Segar, yang menjadi perintis pekerjaan Tuhan di Miau Baru,
barulah gereja pertama berdiri. Pada waktu
itu tahun 1972, gereja yang pertama berdiri yaitu “KINGMI DMU” singkatan dari
Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia Daerah Mahakam Utara, gereja lama sebelum
ikut menjadi GKII. Dan pada saat itu
Bapak Pdt. Keliman Usat yang menjabat sebagai Ketua Daerah Mahakam Utara.
Perkembangan jemaat di
Miau baru begitu pesat, setelah berdirinya gereja KINGMI DMU di Miau Baru,
barulah ada gembala yang melayani di jemaat Miau Baru. Gembala Sidang yang pertama yaitu Pdt. Lahang
Anyie seorang suku “Kenyah Lepoq Jalan”, selanjutnya Pdt. Parara seorang suku “Toraja”,
Pdt. Lenjau Bit seorang suku “Kenyah Lepoq Kulit” keluargaan dengan bapak Drs.
Marthin Billa MM. (Ketua Yayasan STT Tenggarong saat ini), Pdt. Lim Jalung
seorang suku “Kenyah Lepoq Bam” dan Pdt Jiu seorang “Kenyah Lepoq Jalan”. Pada masa para hamba Tuhan ini memimpin
sebagai gembala sidang, masa kerja mereka hanya 2 tahun sesuai dengan anggaran
dasar pada saat itu, setelah sampai 2 tahun maka hamba Tuhan itu siap di mutasi
ke tempat pelayanan yang baru. Meskipun
demikian, tidak mengurangi pertumbuhan iman jemaat Tuhan di Miau Baru untuk
terus bertumbuh di dalam Tuhan.
Pada saat itu gereja
yang lama sudah tidak cukup lagi menampung anggota jemaat Miau baru yang begitu
banyak. Sehingga para tokoh agama dan
para tokoh adat mengadakan rapat untuk program pembangunan gereja yang baru
lagi dan ukuran yang lebih besar dari gereja yang sebelumnya.
Dengan
semangat gotong royong jemaat Tuhan di Miau Baru, mereka bekerjasama mencari
dana untuk program pembangunan gereja yang baru. Setelah mereka mendapatkan dana yang cukup
untuk membangun gereja yang baru, lalu mereka mulai membuat pondasi untuk
pembangunan gereja. Mereka berbondong-bondong
membantu mendirikan gereja yang baru, semua jemaat turun tangan kerja, mulai
dari orangtua sampai anak-anak ikut membantu membangun gereja. Tentu ada hambatan-hambatan yang di hadapi
oleh jemaat Tuhan dalam membantu pembangunan gereja, tetapi mereka tetap maju
terus pantang mundur, meskipun ada tantangan yang dihadapi.
Dengan semangat yang
tinggi dan didukung semua pihak, dan tahun 1994 gereja yang kedua didirikan (gereja
sekarang) dan pada konferensi besar di sahkan menjadi “GKII MIAU BARU”, dan
bukan lagi disebut “KINGMI DMU.” Gereja
ini pun dapat berdiri sampai saat ini dengan kapasitas sekitar 1.000 orang. Gereja yang pertama hanya terbuat dari kayu,
dan gereja kedua yang sampai sekarang dapat berdiri megah yang terbuat dari
beton.
Pada waktu itu anggaran
dasar telah diubah, dan masa kerja seorang gembala menjadi 5 (Lima) tahun. Belum terlalu banyak hamba Tuhan yang melayani pada saat
itu. Meskipun demikian, jemaat tetap
setia dalam persekutuan dan hidup dengan mencerminkan kasih Kristus di dalam
kehidupannya sehari-hari.
Gembala
atau hamba Tuhan yang melayani yang termasuk di dalam masa kerja 5 tahun ini
yaitu Pdt. Stadius, Pdt. Obed Juk, Pdt Yahya Jalung, Pdt. Ngau Ifung, Pdt.
Demos Thenes (Ketua daerah Kutai Timur), Pdt. Firdaus Irang dan Pdt. Yulius Ing
(gembala sekarang).
Jemaat Tuhan di Miau Baru terus berkembang, bertumbuh dewasa secara jasmani dan rohani. Fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk ibadah dalam gereja cukup memadai. Dan yang menjadi persoalannya hanya terletak pada pelayanan. Gembala dan asisten tidak dapat melayani semua jemaat yang ribuan jumlahnya karena keterbatasan kurangnya pekerja untuk membantu dalam pelayanan.
Inilah jemaat Tuhan
yang ada di Miau Baru, meskipun gedung gereja yang sudah memadai fasilitas yang
ada di dalamnya, tetapi memerlukan tambahan pekerja untuk membantu pelayanan
yang ada di Miau Baru. Masih banyak jemaat
Tuhan yang tidak dapat dilayani dengan maksimal karena keterbatasan kurangnya
pekerja yang melayani di GKII Miau Baru.
Dan hal ini juga berdampak pada kehadiran jemaat untuk hadir dalam
persekutuan atau hadir dalam ibadah umum hari minggu dan ibadah yang
lainnya. Dan jemaat Tuhan di Miau Baru
terbuka kepada siapa saja, hamba-Nya yang dipersiapkan untuk melayani, dan siap
melayani dengan sungguh-sungguh dan benar-benar memiliki kerinduan untuk
melayani. Bersama-sama mengembalakan
jemaat Tuhan yang ada di Miau, membangun dan membina rohani jemaat Tuhan untuk
terus bertumbuh dewasa di dalam Tuhan, sehingga dapat menjadi saksi Kristus di
manapun Ia berada, serta dapat menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia
ini.
Inilah sedikit perkembangan Gereja yang ada
di Miau Baru sebelum dan sesudah berdirinya gereja pada saat ini. Demikian sejarah gereja yang dapat saya
sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi jemaat Tuhan
yang ada di Miau Baru yang belum mengerti bagaimana berdirinya gereja pertama
di Miau Baru. Saya ucapkan terimakasih
kepada jemaat Tuhan yang telah membantu saya mengumpulkan informasi mengenai
sejarah berdirinya gereja di Miau Baru.
Dan terimakasih juga kepada dosen Sejarah Gereja Umum, Pdt. Marson Apui,
S.Sos., M.Th yang telah memberikan tugas untuk menggali informasi tentang
sejarah gereja lokal yang ada di jemaat masing-masing.
Sumber dari : http://jesiepristyk.blogspot.co.id
Sumber dari : http://jesiepristyk.blogspot.co.id
Thank sudah menggali tentang gereja saya di miau baru
BalasHapus